Wednesday, November 12, 2008

Be your self!

Alkisah, di puncak sebuah mercusuar, tampak lampu mercusuar yang gagah dengan sinarnya menerangi kegelapan malam. Lampu itu menjadi tumpuan perahu para nelayan mencari arah dan petunjuk menuju pulang.

Dari kejauhan, pada sebuah jendela kecil di rumah penjaga mercusuar, sebuah lampu minyak setiap malam melihat dengan perasaan iri ke arah mercusuar. Dia mengeluhkan kondisinya, “Aku hanyalah sebuah lampu minyak yang berada di dalam rumah yang kecil, gelap dan pengap. Sungguh menyedihkan, memalukan, dan tidak terhormat. Sedangkan lampu mercusuar di atas sana, tampak begitu hebat, terang dan perkasa. Ah….Seandainya aku berada di dekat mercusuar itu, pasti hidupku akan lebih berarti, karena akan banyak orang yang melihat kepadaku dan aku pun bisa membantu kapal para nelayan menemukan arah untuk membawanya pulang ke rumah mereka dan keluarganya.”

Suatu ketika, di suatu malam yang pekat, petugas mercusuar membawa lampu minyak untuk menerangi jalan menuju mercusuar. Setibanya di sana, penjaga itu meletakkan lampu minyak di dekat mercusuar dan meninggalkannya di samping lampu mercusuar. Si lampu minyak senang sekali. Impiannya menjadi kenyataan. Akhirnya ia bisa bersanding dengan mercusuar yang gagah. Tetapi, kegembiraannya hanya sesaat. Karena perbandingan cahaya yang tidak seimbang, maka tidak seorang pun yang melihat atau memperhatikan lampu minyak. Bahkan, dari kejauhan si lampu minyak hampir tidak tampak sama sekali karena begitu lemah dan kecil.

Saat itu, lampu itu menyadari satu hal. Ia tahu bahwa untuk menjadikan dirinya berarti, dia harus berada di tempat yang tepat, yakni di dalam sebuah kamar. Entah seberapa kotor, kecil dan pengapnya kamar itu, tetapi di sanalah lebih bermanfaat. Sebab, meski nyalanya tak sebesar mercusuar, lampu kecil itu juga bisa memancarkan sinarnya menerangi kegelapan untuk orang lain. Lampu kini tahu, sifat iri hati karena selalu membandingkan diri dengan yang lain, justru membuat dirinya tidak bahagia dan memiliki arti. )*

Untuk bisa menjadi bagian dari orang lain kita tidak perlu menjadi orang lain. Menjadi orang lain agar kita diterima malah akan membuat permasalahan baru dikemudian hari. Toh bukankah Allah menciptakan manusia itu dengan berbagai karakter dan sifat yang berbeda-beda.

Lanjut ....

Ke jogja lagi

Tak salah ketika dahulu memutuskan untuk memilih tempat kuliah dijogja.jogja mempunyai magnet yang sangat kuat untuk menarik putra bangsa menimba ilmu dikota gudek. hari ini aku diberi kesempatan untuk mengunjungi jogja kembali. kalau pada bulan lalu agendanya hanya silaturahmi namun kali ini mempunyai agenda yang cukup penting dan berkesan.

Hari jum'at yang lalu 7/11/08 ditelpon oleh satu HRD sebuah perusahaan software house di jogja untuk interview kerja pada hari senin. Hari senin langsung meluncur menuju jogja, siangnya langsung wawancara. Gak nyangka materi wawancara tak hanya percakapan biasa, namun langsung test coding :-(, meliputi presentasi aplikasi yang pernah dikerjakan, membuat fungsi sederhana, array, setting php, mysql, hingga membuat fungsi yang diinginkan oleh si empunya perusahaan. yach yang namanya ilmu walaupun baru beberapa bulan gak dipakai tetepaja lupa, walaupun sudah baca manual juga tetep gak ketemu :-) (bukan programmer yang baik :P).

Rasanya sayang banget klo sehabis wawancara langsung cabut ke Cirebon. Akhirnya nongkrong dulu di masjid kampus. ternyata banyak juga teman-temanku yang masih ada dikampus :-). Ada ritonga yang masih sibuk ngajuin judul skripsi sambil bergelut usaha dibidang makelar tanah dan mobil :-), ketemu Mas Endras yang akan pendadaran(aku kira dah wisuda !!!), bisa ngobrol bareng Bina yang akan Ujian bahasa inggris, ketemu ayu yang balik lagi dari palembang untuk mengadu nasib di jogja, Harsoyo yang sudah lulus udah kerja masih meramaikan bursa rekrutmen CPNS. termasuk aku sendiri yang akan menentukan apakah akan tinggal dan bekerja di jogja.

Bahkan temenku berkata "Klo bukan karena ada orang yang spesial dijogja gak bakal orang mau
balik kejogja, atau alasan klasiknya gak punya duit masih bisa makan nasi kucing atau beli
burjo" :-).

Lanjut ....

Tuesday, November 4, 2008

Laskar Pelangi

Laskar pelangi merupakan film kedua yang kutonton setelah Ayat-ayat cinta yang diangkat dari sebuah novel anak negeri. Dari awal sudah kuduga bahwa film ini bagus. Hal tersebut didukung oleh pernyataan yang dilontarkan oleh si empunya yang punya novel mas Andrea dalam sebuah sesi di Kick Andy.

Bagi orang yang belum membaca novelnya atau baru melihat filmnya paling cuma berkata "Biasa aja, terlalu dibesar-besarkan". Nah inilah kekurangan orang kita, klo boleh dibilang jeleknya kita, menilai sesuatu or sebuah karya yang kita sendiri tidak mempunyai ilmu tentang yang kita nilai itu. atau paling tidak untuk menilai sesuatu nilaiLAH secara proporsional, menilai berdasarkan data dan fakta yang ada :-)

Secara kasat mata Film Laskar Pelangi boleh dibilang sukses secara materi maupun sosial. Secara materi hal tersebut dibuktikan dengan berminggu-minggu orang antri diloket untuk bisa menonton film tersebut, bahkan saya sendiripun baru bisa menonton setelah satu bulan release :P dan itupun masih ramai oleh penonton.

Penggambaran yang diilustrasikan didalam film sebahagian besar sesuai dengan apa yang kita
bayangkan ketika kita sedang membaca novelnya.Beberapa mozaik-mozaik dalam novel tergambarkan dalam sketsa film laskar pelangi. Adegan yang paling aku sukai adalah ketika ikal dalam perjalanan membeli kapur di toko sinar harapan yang pada akhirnya bertemu dengan aling yang menjadikan hari-hari membeli kapur menjadi hal yang menyenangkan.Perfekto ...., sesuai dengan imajinasiku ketika membaca novelnya dahulu.

Namun sayang bahasa sastra andrea yang terlukiskan dinovel sangat apik belum terwakilkan dalam film.Yang kental hanyalah logat melayu yang sangat dalam setiap dialog. Yach paling tidak saya tidak merasa "Kecewa" menonton film tersebut. :-) Semoga "Sang Pemimpi" dan "Endesor" juga akan dibuatkan versi movienya, kapan yah "Maryamah Karpov" terbit?

"Berbuat terbaik dititik dimana kita berdiri, sesungguhnya itulah realistis"

"Orang-orang seperti kita tidak akan bisa hidup tanpa mimpi-mimpi"

Lanjut ....